KEPEMIMPINAN YANG EFEKTIF
Yohannes Suraja
ASMI Santa Maria Yogyakarta
Seorang yang merasa diri mempunyai tanggungjawab
memimpin suatu kelompok orang atau organisasi, akan berusaha agar
kepemimpinannya efektif. Demikian juga setiap anggota kelompok atau organisasi,
tentu menginginkan agar pemimpinnya dapat menjalankan kepemimpinannya secara
efektif. Apa yang dimaksud kepemimpinan yang efektif? Faktor-faktor apa yang
harus diperhatikan oleh seorang pemimpin agar kepemimpinannya efektif? Tulisan
ini akan menguraikan kepemimpinan yang efektif dalam konteks organisasi pada
umumnya.
A.
Pengertian
Kepemimpinan
Dari beberapa sumber kepemimpinan
didefinisikan berbeda-beda. Misalnya Chung dan Megginson (1981, 280) mengatakan
bahwa :
1. Kepemimpinan adalah suatu alat
manajemen. Para manajer melakukan kepemimpinan untuk mempengaruhi para pegawai guna
mencapai tujuan-tujuan organisasi.
2. Kepemimpinan adalah suatu proses
mempengaruhi orang-orang lain dengan maksud mencapai tujuan-tujuan tertentu.
3.
Kepemimpinan adalah suatu fenomena sosial yang komplek yang dipengaruhi
oleh sejumlah faktor personal, interpersonal, dan organisasional yang meliputi
sifat-sifat personal pemimpin, perilaku pemimpin, dan faktor-faktor
situasional.
Black (dalam Irawati, 2004)
mendefinisikan kepemimpinan sebagai kemampuan melakukan persuasi orang-orang
lain untuk bekerjasama di bawah arahannya sebagai suatu tim untuk menyelesaikan
tujuan-tujuan tertentu yang dirancang.
Ada beberapa istilah atau konsep
yang perlu digaris-bawahi dari definisi tersebut. Pertama, kepemimpinan sebagai
alat manajemen. Dalam konteks organisasi, kepemimpinan dipandang sebagai alat
yang digunakan oleh para manajer, pemimpin, kepala, ketua, direktur, dan apapun
sebutannya bagi pejabat yang bertanggungjawab mengelola suatu unit kerja atau
satuan organisasi. Alat untuk apa? Dalam hal ini kepemimpinan dimengerti
sebagai alat untuk mempengaruhi orang-orang lain atau pegawai.
Kedua, kepemimpinan sebagai
kemampuan yang dimiliki manajer dan pejabat lain sejenis itu. Kemampuan apa?
Yaitu kemampuan melakukan persuasi atau pendekatan pada orang-orang lain.
Dikaitkan dengan “mempengaruhi”, kiranya persuasi yang dilakukan itu juga dalam
rangka untuk “mempengaruhi” orang-orang lain/pegawai.
Ketiga,
kepemimpinan sebagai kegiatan, pekerjaan, proses yang dilakukan oleh manajer
dan pejabat lain yang sejenisnya. Kegiatan, pekerjaan, atau proses apa? Dari
definisi tersebut di atas dapat dikatakan secara jelas bahwa kegiatan,
pekerjaan, atau proses itu adalah proses mempengaruhi orang-orang lain atau kegiatan
melakukan persuasi orang-orang lain.
Berkenaan dengan kegiatan
kepemimpinan yang intinya adalah proses mempengaruhi atau melakukan persuasi
orang-orang lain tersebut, pada tabel di bawah disebutkan banyak kegiatan yang
dapat dilakukan oleh manajer atau pemimpin dalam rangka memiliki pengaruh dan
kekuasaan atas orang lain (Fleet, 1994), dalam rangka menjamin terciptanya
keefektifan/efektivitas organisasi (Hall dan Quinn, 1991).
Dari definisi kepemimpinan di atas
juga jelas dinyatakan tujuan kepemimpinan, yang intinya adalah untuk mencapai
tujuan-tujuan organisasi. Jadi kepemimpinan adalah alat, kemampuan,
kegiatan melakukan persuasi dan
mempengaruhi orang-orang lain (pegawai) yang dimaksudkan agar mereka melakukan
pekerjaan, tugas-tugas untuk mencapai tujuan-tujuan organisasi.
B. Model-Model Keefektifan Organisasi dam Implikasinya bagi Pemimpin
Hall dan Quinn (1991) menyebutkan
lima model keefektifan organisasi yaitu : model sistem sumber daya, model
tujuan, model kepuasan partisipan, model fungsi sosial, dan model kontradiksi.
- Menurut model sistem
sumber daya, keefektifan organisasi adalah kemampuan untuk mengeksploitasi
dan menggunakan sumber daya lingkungan untuk menjaga kelangsungan fungsi
organisasi (dari Seashore dan Yuchtman, 1967). Pemimpin organisasi
mempunyai tanggungjawab mengeksploitasi dan menggunakan sumber daya
lingkungan untuk menjaga kelangsungan fungsi organisasinya. Pemimpin yang
efektif seharusnya bisa menunjukkan
kemampuannya untuk itu.
- Menurut model
tujuan, terdapat dua model tujuan yaitu model sederhana dan komplek. Model
sederhana mendefinisikan keefektifan sebagai tingkat kemampuan organisasi
merealisasikan tujuannya (Etzioni, 1964). Sedangkan model komplek terjadi
bilamana organisasi memiliki tujuan yang banyak, beragam, dan berbeda-beda,
bahkan bertentangan. Pemimpin yang efektif, dapat mencapai tujuan
organisasi betapapun kompleknya tujuan. Pemimpin juga dapat menunjukkan
kemampuannya untuk membuat yang komplek menjadi sederhana, dan menentukan
tujuan-tujuan yang bebas konflik.
- Menurut model
kepuasan partisipan, organisasi yang efektif adalah organisasi yang dapat
memenuhi kebutuhan anggotanya. Oleh karena itu, pemimpin yang efektif
adalah pemimpin yang mampu mengatur dan mengusahakan sumber daya
organisasi sehingga dapat memenuhi kebutuhan anggotanya.
- Menurut model
fungsi sosial, organisasi yang efektif adalah organisasi yang dapat
melakukan sesuatu atau lebih hal bagi masyarakat. Tarcot Parsons yang
melihat organisasi sebagai sistem menyatakan bahwa semua sistem sosial
harus memecahkan empat masalah dasar yaitu : adaptasi, pencapaian tujuan,
integrasi, dan latensi.
-
Organisasi
bertanggungjawab melakukan adaptasi yaitu mengakomodasi tuntutan lingkungan
masyarakat dan alam pada organisasi.
-
Organisasi
harus berusaha menentukan tujuan, membatasi tujuan, dan memobilisasi sumber
daya untuk mencapainya.
-
Organisasi
harus melakukan integrasi yaitu menetapkan, mengorganisasikan,
mengkoordinasikan, dan menyatukan hubungan-hubungan di antara anggota
organisasi sebagai satu entitas.
-
Organisasi
harus memperhatikan, memelihara hal latensi atau keberlanjutan pola-pola kultural
dan motivasi sistem organisasi.
Dari
kacamata model fungsi sosial ini, pemimpin yang efektif mampu melakukan
tanggungjawab sosial dengan memecahkan permasalahan yang berkenaan dengan
keempat masalah dasar tersebut.
- Menurut model
kontradiksi yang dikemukakan oleh John Rohrbaugh, organisasi memiliki atau
menghadapi lingkungan, tujuan, anggota dan pilihan waktu yang bersifat
plural dan mengandung potensi konflik. Pemimpin yang efektif mempunyai
kemampuan untuk menghadapi dan mengatasi organisasi yang memiliki
unsur-unsur yang plural dan tidak bebas konflik itu. Pluralitas di dalam
organisasi harus dilihat sebagai kekayaan, keindahan, dan oleh karena itu
setiap unsur yang ada di dalam organisasi harus dijaga dan dimanfaatkan
untuk kepentingan organisasi. Setiap perbedaan dan konflik sangat mungkin
terjadi, tetapi pemimpin yang efektif harus mampu mengelola perbedaan,
jangan sampai menjadi sumber konflik yang menghancurkan organisasi.
C. Pengertian Kepemimpinan yang Efektif
Melihat kelima model keefektifan
organisasi tersebut di atas, dapat dikatakan bahwa setiap pemimpin harus
melakukan satu atau lebih hal, kegiatan untuk menjaga dan mencapai predikat
pemimpin dan organisasi yang “efektif”. Berdasarkan kelima model tersebut maka
dapat dikatakan bahwa pemimpin dan organisasi yang efektif memiliki ciri-ciri :
-
Mampu
mengeksploitasi dan menggunakan sumberdaya lingkungan untuk menjaga
kelangsungan fungsi organisasi.
-
Mampu
mencapai/merealisasikan tujuan organisasi yang mungkin banyak, beragam,
berbeda-beda dan bahkan bertentangan.
-
Mampu
memenuhi kebutuhan individu atau kelompok.
-
Mampu
melakukan penyesuaian tuntutan lingkungan
-
Mampu
merumuskan tujuan dan memobilisasi sumber daya untuk mencapainya
-
Mampu
melakukan integrasi (mengorganisir, mengkoordinir, menyatukan) anggota-anggota
yang saling berhubungan
-
Mampu
memelihara dan menjaga keberlanjutan pola kultural dan motivasi organisasi
-
Mampu
menghadapi lingkungan, tujuan, anggota, pilihan waktu yang bersifat plural dan
berpotensi konflik.
Harmon dan Mayer (1986, 40) mengatakan
bahwa dalam konteks organisasi, keefektifan (efektivitas, effectiveness) mempunyai focus pada dua hal, yaitu mendapatkan
suatu pekerjaan yang dilakukan, dan pelaksanaan
pekerjaan tersebut mempunyai dampak yang sesuai bagi sasaran dan tujuan
organisasi. Mendasarkan pada pengertian ini, maka dapat dikatakan bahwa
keefektifan kepemimpinan mempunyai dua aspek yang tidak dapat dipisahkan yaitu
pelaksanaan pekerjaan dan dampaknya pada sasaran atau tujuan organisasi.
Pemimpin suatu organisasi mempunyai
tanggungjawab untuk melaksanakan tugas kepemimpinan dan mencapai sasaran atau
tujuan organisasional. Kepemimpinan yang efektif berkenaan dengan pelaksanaan
tugas kepemimpinan dan dampaknya pada sasaran atau tujuan organisasional.
Kepemimpinan yang efektif berarti pemimpin menunjukkan kemampuannya dalam
melaksanakan tugas-tugas kepemimpinan sehingga orang-orang (pengikutnya) mau
melaksanakan pekerjaan yang mempunyai dampak
baik pada sasaran dan tujuan organisasi.
Apa saja pekerjaan atau tugas-tugas
yang harus dilakukan seorang pemimpin? Dan apa dampaknya? Fleet (1994) mendaftar 25 langkah tindakan yang memungkinkan setiap pemimpin
memenangkan persaingan dan mencapai keberhasilan dalam pekerjaan dan pergaulan,
termasuk memiliki pengaruh dan kekuasaan atas orang lain, sebagai dampak dari
tindakan. 25 langkah tindakan dan dampak yang dimaksud dapat dilihat dan
dicermati pada tabel.
Tabel
Tindakan dan Dampak
Kepemimpinan
Untuk Mengukur
Keefektifan Kepemimpinan
NO.
|
TINDAKAN PEMIMPIN
|
DAMPAK
|
1.
|
Menemukan motivator rahasia yang menggerakkan orang lain : kebutuhan,
harapan, keinginan.
|
Mendapat kekuasaan dan penguasaan mutlak atas orang lain; menghemat banyak
waktu, tenaga, dan uang; bisa mempengaruhi, mengendalikan dan mendapat
kekuasaan penuh dan penguasaan mutlak atas setiap orang; menjadi orang dengan
kepribadian yang menarik dan kuat.
|
2.
|
Membuat orang menaruh perhatian dengan cara mengetahui dengan tepat siapa orang-orang
yang ada di sekeliling, menemukan apa yang diinginkannya di atas
segala-galanya, dan menetapkan secara tepat bagaimana bisa membantunya
mendapatkan apa yang diinginkan.
|
Anda tidak mendapat kesulitan sama sekali dalam membujuk orang lain
menerima gagasan, usul, dan pandangan Anda, produk atau jasa Anda; Anda
dipandang memiliki kepribadian yang menarik, positif, dan menyenangkan
sehingga keyakinan dan kemampuan Anda sendiri juga meningkat; Anda bisa
membuat orang lain berpikir dan bertindak yang menyenangkan terhadap diri
Anda; anda akan mendapatkan kekuasaan dan penguasaan atas orang lain sehingga
mereka selalu melakukan apa yang Anda inginkan.
|
3.
|
Miliki kemampuan untuk melakukan pekerjaan tertentu dan keyakinan pada
diri sendiri (Jadilah orang profesional)
|
Orang lain akan mempercayai Anda, mengikuti bimbingan Anda, Anda bisa
membuat segala hal selesai dilakukan, Anda dikenal sebagai orang yang bisa
melakukan sesuatu (bisa bekerja)
|
NO. |
TINDAKAN PEMIMPIN
|
DAMPAK
|
4.
|
Memberikan perintah yang jelas dan lugas, yang akan mudah dipahami; mengetahui
standar pelaksanaan pekerjaan dan hasilnya; menggunakan pujian, pengakuan
akan upaya orang-orang, dan meyakinkan akan nilainya; menerangkan bahwa
pekerjaan dipandang penting; membuat orang merasakan tenteram dan aman atau
tidak takut kehilangan pekerjaan.
|
Orang akan cepat menanggapi perintah. Orang akan bekerja lebih baik.
Menyingkirkan pemborosan, kebingung-an,
dan usaha sia-sia.
|
5.
|
Menerapkan manajemen partisipatif atau peran serta : meminta gagasan
kepada orang lain dan cara terbaik untuk menyelesaikan pekerjaan.
|
Membuat orang merasa dirinya penting, berharga, bangga, sehingga merasa
lebih kuat dan lebih produktif, lebih kreatif.
|
6.
|
Menggunakan teknik penyangga : mau menerima tanggungjawab untuk kesalahan
bawahan (bertindak selaku penyangga mereka).
|
Bawahan mendukung sepenuhnya, melakukan pekerjaan dengan baik dan tepat
waktu.
|
7.
|
Membuat rencana yang mantap, cermat, dan rasional.
|
Orang/organisasi donor memberikan bantuan, meloloskan proposal bantuan.
|
8.
|
Menguasai seni berbicara dan menulis (berbahasa)
|
Menguasai orang lain, sehingga mereka akan melakukan keinginan Anda,
mendengarkan perintah Anda, menghormati Anda
|
9.
|
Mengembangkan kemampuan kontrol “sinar kekuasaan”/batin : mengenali
masalah dengan tepat, membuat perkiraan situasi, dan ambil tindakan yang
perlu untuk memecahkan masalah. Mengatasi situasi yang buruk sekalipun,
mengembangkan sikap dan pembawaan yang positif dan berwibawa
|
Orang mematuhi perintah Anda, mau membantu. Anda akan dicari, dijadikan
pemimpin, penanggungjawab, pengambil keputusan.
|
10.
|
Membentuk pasukan, karyawan, pelanggan yang loyal dengan cara memenuhi
kebutuhan dan keinginan mereka.
|
Pasukan, karyawan dan pelanggan menjadi loyal, hormat, percaya, yakin,
sukarela, bekerjasama, mendukung Anda.
|
NO.
|
TINDAKAN PEMIMPIN
|
DAMPAK
|
11.
|
Menghadapi perlawanan dan mengatasi penentangan dengan cara memberi keterangan dan
menawarkan kepada karyawan, pelanggan, dan pasukan tentang pentingnya
pekerjaan dan keuntungan konkrit tertentu yang akan memenuhi kebutuhan dan
keinginan mereka.
|
Orang akan melakukan yang Anda inginkan, mengikuti perintah Anda.
|
12.
|
Menulis surat/memo yang sempurna : gagasan, keinginan, dan tujuan ditulis
secara jelas, menggunakan kata-kata yang diketahui maksudnya, logis, obyektif
|
Orang melakukan kehendak/tujuan Anda.
|
13.
|
Mengetahui sasaran/tujuan/keinginan, berusaha dengan mengerahkan
segala-galanya yang Anda miliki, belajar untuk rukun, menolak kelancangan
orang tanpa menghancurkan dirinya dan diri Anda, belajar mewakilkan atau membagi tanggungjawab kepada bawahan.
|
Anda menjadi penguasa, dipercaya melakukan hal-hal yang lebih besar, dan
keinginan Anda dituruti.
|
14.
|
Mengubah musuh menjadi teman setia dengan cara tidak melakukan
pergunjingan dan fitnah, tidak mengkritik atau mengatakan kesalahan orang
lain, dan tidak mengejek orang lain.
|
Anda mendapat banyak sahabat, mampu mengontrol orang lain, dikagumi,
dihormati, berkembang kemampuan seni hubungan antar manusia
|
15.
|
Mengambil inisiatif untuk memimpin dan mengontrol.
Meminta nasihat, pandangan, bantuan orang lain.
Mengenal nama, pekerjaan, dan hobi orang lain.
Mengontrol sikap dan emosi diri.
|
Anda bisa mengontrol orang lain.
Anda mendapatkan pelayanan istimewa, orang lain akan membantu Anda.
Bisa menjalin persahabatan.
Orang lain juga akan mengontrol sikap dan emosinya terhadap Anda.
|
16.
|
Melakukan sesuatu terlebih dahulu. Memberi sesuatu terlebih dahulu.
Selalu memilih bersikap yang menyenangkan, percakapan yang
penuh kegembiraan.
|
Orang akan minta pengarahan, petunjuk, dan akan melakukan sesuatu tanpa
membantah. Anda akan menjadi tuan, penguasa, mendapatkan cinta, penghormatan.
Tercipta suasana damai, menyenangkan, bahagia, kerjasama, saling menolong,
suka cita.
|
NO.
|
TINDAKAN PEMIMPIN
|
DAMPAK
|
17.
|
Memadamkan kemarahan orang lain dengan cara mau mendengarkan ceritanya
dari awal sampai akhir tanpa menyela sama sekali; sabar dan tidak melawan;
menemukan fakta permasalahan dan memperbaiki atau memulihkannya; membuat
orang merasa penting dan menaruh perhatian padanya; meminta maaf.
|
Mengubah orang lain menjadi teman, sahabat, ramah, mau kerjasama,
cinta, meningkatkan hubungan kerja.
|
18.
|
Menguasai seni hidup untuk maju : menunjukkan sebagai individu yang
menguasai pengetahuan dan cakap
bekerja, mengetahui cara kerja organisasi luar dalam, menjadi sumber
informasi dan pengetahuan, selalu tinggal di kantor lebih lama, berpenampilan
sebagai eksekutif, bersikap dan bertindak profesional seperti tidak
membesarkan persoalan kecil, menyatakan rasa keberatan dengan tenang dan
sopan, mengembangkan kemampuan untuk menyesuaikan diri, bersikap antusias
terhadap pekerjaan, tidak takut mengambil risiko yang masuk akal, tidak
menghindari tanggungjawab.
|
Menghasilkan uang, kekuasaan, prestise, penghargaan, pengakuan, sukses.
|
19.
|
Membaca peta kekuasaan organisasi yang kelihatan dan tidak kelihatan;
menonjolkan kekuasaan pribadi, menonjolkan isyarat kekuasaan (karisma, daya
tarik) tanpa suara, menguasai dan mengontrol orang yang benar-benar memiliki
kekuasaan.
|
Mencapai puncak kekuasaan, mendapat kekuasaan besar atas orang lain,
mencapai sukses
|
20.
|
Membantu orang lain memecahkan masalahnya
|
Mengubah seseorang yang punya masalah menjadi pekerja yang puas, ramah,
dan Anda dapat menguasai dan mengontrol mereka.
|
21.
|
Melakukan pengorganisasian, departe-menisasi, dan pendelegasian
wewe-nang.
|
Anda bisa menguasai dan mengontrol banyak orang hanya melalui beberapa
orang, menghemat tenaga, waktu
|
22.
|
Mengubah cara berpikir orang (cuci otak)
|
Orang mau melakukan apa yang Anda inginkan.
|
NO.
|
TINDAKAN PEMIMPIN
|
DAMPAK
|
23.
|
Membuat orang lain membuka rahasia suksesnya. Belajar menjadi sukses dari
orang lain yang terlebih dulu sukses.
|
Meningkatkan keberhasilan, keefektifan.
|
24.
|
Aktif dalam organisasi. Aktif dalam lingkaran kekuasaan.
|
Mendapatkan kekuasaan dan imbalan.
|
25.
|
Datang awal, mau kontak/beramah tamah dengan elite kekuasaan, mengajak
orang lain pesta.
|
Menjadi pusat perhatian. Mencapai kekuasaan, pengaruh, dan kontrol atas
orang lain.
|
Sumber : Diolah dari James K. Van Fleet, 1994
D. Faktor-Faktor yang Berkaitan dengan Keefektifan Kepemimpinan
Berdasarkan pandangan Chung dan
Megginson(1981, 282), dapat dikatakan bahwa keefekifan kepemimpinan tergantung
pada faktor kesesuaian perilaku pemimpin dengan faktor situasional. Dan faktor
kesesuaian perilaku pemimpin dengan faktor situasional ini terkait dengan
perilaku pemimpin dan faktor situasional. Sedangkan perilaku pemimpin berhubungan
dengan/dipengaruhi oleh sifat-sifat personal pemimpin. Hubungan berbagai faktor
tersebut disebut sebagai model proses kepemimpinan yang integral (An Integrated Leadership Process Model).
Gambar
Model Proses
Kepemimpinan Integral
Chung dan Megginson,
1981, 282
|
|
Perilaku/Gaya Pemimpin
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Keefektifan Kepemimpinan
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
1.
Faktor
Kesesuaian Perilaku/Gaya Pemimpin
Perilaku berarti cara menjalankan
atau berbuat. Dalam kepemimpinan, perilaku berarti cara pemimpin bertindak
mempengaruhi para pengikutnya. Pola perilaku adalah model, cara pimpinan
bertindak mempengaruhi para bawahan, yang dimaksudkan untuk mencapai
kepemimpinan yang efektif.
Di dalam usaha mempengaruhi
bawahannya, pimpinan perlu menggunakan pola perilaku tertentu yang dipandang
sesuai dan dapat diterima oleh para bawahannya. Sesuai berarti cocok dengan
situasi yang dihadapi, sehingga perilaku atau tindakannya itu kena benar pada
sasaran yang dimaksudkan yaitu
efektifnya kepemimpinan. Jadi dalam usaha mempengaruhi bawahannya, pimpinan
perlu memperhatikan situasi yang dihadapi untuk menentukan pola perilaku di dalam
menjalankan kepemimpinannya, agar kepemimpinannya bisa efektif.
Pimpinan akan berhasil dalam
kepemimpinannya jika ia mampu berperilaku secara pantas, sesuai kondisi situasi
yang dihadapi. Misalnya apabila petunjuk dibutuhkan, pimpinan dapat memberi
petunjuk. Jika kebebasan partisipasi dipandang perlu pimpinan dapat memberi
kebebasan (Hunneryager & Heckman, 1967, 301). Perilaku yang sesuai dengan
kekuatan atau faktor situasional akan mendatangkan keefektifan kepemimpinan.
Seperti dikatakan oleh Reddin (1970, 135) bahwa hasil keefektifan manajerial
berasal dari suatu kesesuaian gaya dan situasi. Jadi perilaku pimpinan akan
mendatangkan keefektifan kepemimpinan apabila perilaku yang digunakan dalam
menjalankan kepemimpinannya sesuai dengan faktor situasional. Berkaitan dengan
pola perilaku partisipatif misalnya pimpinan berperilaku partisipatif secara
efektif apabila situasi bawahan berpengalaman dan paham mengenai pekerjaan,
tugas, dan fungsinya; kelompok menunjukkan saling bergantung, saling menerima,
dan mempunyai keterkaitan tugas dan fungsi; pekerjaan, tugas, dan fungsi
organisasi sedemikian besar dan bervariasi sehingga butuh pendelegasian demi
kesuksesannya; dan waktu untuk menyelesaikan atau melaksanakan pekerjaan yang
bersangkutan dengan tugas organisasi longgar sehingga pimpinan sendiri lebih dapat bersikap fleksibel untuk melaksanakan
dan menyelesaikan pekerjaan.
Pimpinan dalam berperilaku perlu
mempunyai kemampuan, kecakapan membaca situasi yaitu kemampuan untuk melihat
baik-buruk situasi, yang kemudian digunakan untuk memilih atau menentukan pola
perilaku yang sesuai/cocok dengan situasi agar terjadi kepemimpinan yang
efektif.
Dalam kaitannya dengan tanggungjawab
pimpinan dalam tugas kepemimpinannya dapat dikatakan bahwa pimpinan yang
fleksibel dan tanggap terhadap tuntutan situasi, akan lebih mampu menentukan
perilaku, cara bertindak yang sesuai dengan
situasi untuk mempengaruhi bawahannya, sehingga mencapai kepemimpinan
yang efektif.
2.
Perilaku/Gaya
Pemimpin
Terdapat beberapa pola perilaku
pemimpin : perilaku pemimpin direktif, perilaku pemimpin dukungan, perilaku
pemimpin partisipatif, dan perilaku pemimpin berorientasi penyelesaian tugas
(Chung dan Megginson, 1981, 296-299). Setiap pola perilaku cocok dan efektif
hanya dalam situasi tertentu.
Perilaku pemimpin direktif mempunyai
ciri-ciri utama yaitu bahwa pemimpin menunjukkan susunan tugas pekerjaan para
bawahan dan membimbing mereka untuk mencapai sasaran. Perilaku ini menunjukkan
dominasi tindakan campur tangan pemimpin yang ketat terhadap pekerjaan dan
pelaksanaan kerja bawahan, sehingga inisiatif para bawahan sendiri terkekang,
atau kurang. Perilaku bawahan telah diarahkan sedemikian rupa dengan
ketentuan-ketentuan atau batasan-batasan tanggungjawab yang jelas. Perilaku
pemimpin direktif akan efektif pada situasi seperti bawahan tidak kompeten, dan
tugas dalam situasi tidak terstruktur (tidak teratur).
Perilaku pemimpin dukungan dapat
dilihat dari tindakan pemimpin yang mengutamakan keterbukaan dan menggunakan cara-cara pendekatan yang halus kepada para
bawahan dengan tujuan untuk memelihara suasana yang mendukung pelaksanaan
kegiatan mencapai tujuan organisasi. Pemimpin menunjukkan maksud kepentingan
secara pribadi kepada bawahan, ramah, bersahabat, mudah didekati, memberi
sarana konsultasi, memperjuangkan keharmonisan kelompok, menggunakan hadiah
sebagai sarana menambah dukungan, dan mempergunakan hadiah yang positif lebih
daripada sanksi yang negatif. Perilaku dukungan ini efektif dijalankan pada
situasi misalnya para bawahan bersifat terbuka, bermotivasi hubungan
interpersonal yang kuat.
Perilaku partisipatif ditunjukkan
dari pemimpin yang membagikan tanggungjawab pelaksanaan pekerjaan dan
pemeliharaan fungsi-fungsi kepada para anggota kelompok kerja. Pemimpin
partisipatif mendistribusikan kekuasaan kepada bawahan di dalam proses
pembuatan keputusan dan pelaksanaannya. Jadi pemimpin partisipatif memberikan
kesempatan kepada bawahan untuk berpartisipasi di dalam proses pencapaian
tujuan kelompok/organisasi. Perilaku partisipatif dapat efektif dalam situasi
bawahan menunjukkan kompetensi, dan berpendidikan (literer).
Perilaku pemimpin berorientasi
penyelesaian tugas menekankan rasa ikatan kelompok terhadap tujuan atau sasaran
tugas organisasi, mengharapkan bawahan melaksanakan pekerjaan secara maksimal,
dan menunjukkan kepercayaan yang tinggi terhadap kemampuan bawahan untuk
memikul tanggungjawab pelaksanaan tugas. Perilaku berorientasi penyelesaian
tugas cocok dan efektif dilakukan pada situasi pekerjaan yang
terstruktur/teratur, jelas, dan didukung sarana prasarana, sistem dan prosedur
kerja yang memadai.
3.
Faktor
Situasional
Faktor situasional adalah kekuatan
lingkungan yang mempengaruhi perilaku pemimpin. Tannenbaum (dalam Huneryager
& Heckman, 1967, 298-300) menyebutkan beberapa kekuatan lingkungan yang
berada di sekitar pemimpin. Kekuatan-kekuatan itu berasal dari organisasi,
kelompok kerja, masalah tugas, dan waktu.
Organisasi mempunyai nilai-nilai dan
tradisi yang tidak dapat dielakkan mempengaruhi perilaku orang-orang yang
bekerja di dalamnya. Nilai dan tradisi ini menunjukkan sesuatu yang diterima
dan diberlakukan organisasi, yang dikomunikasikan melalui berbagai cara seperti
pada deskripsi tugas, kebijaksanaan, peraturan, atau pernyataan-pernyataan.
Kepada pimpinan misalnya diberlakukan nilai bahwa pimpinan yang diharapkan
ialah seseorang yang dinamis, imajinatif, tegas dan pasti dalam mengambil
keputusan, persuasif, kooperatif, atau mempunyai human relation skill. Dengan anggapan, bila harapan ini terpenuhi
pimpinan dapat berperilaku atau bertindak tertentu seperti yang diinginkan
sehingga dapat diterima, dan efektif kepemimpinannya. Pada bawahan misalnya
dipersyaratkan mempunyai pengalaman tertentu, dan paham mengenai jabatan,
pekerjaan yang bersangkutan dengan tugas dan fungsinya agar mampu melaksanakan
tugas dan berpartisipasi dalam pembuatan keputusan, dan mampu melaksanakan
kegiatan sesuai rencana, sehingga pimpinan pun dapat efektif berperilaku
partisipatif, mengikutsertakan bawahan dalam pembuatan keputusan, dan
menyerahkan pengendalian atau kemajuan, kelancaran tugas, fungsi, dan
pelaksanaan pekerjaan.
Kelompok kerja sebagai unsur faktor
situasi ikut menentukan perilaku pemimpin. Sebelum menyerahkan tanggungjawab
pengambilan keputusan kepada bawahannya, pimpinan harus mempertimbangkan
bagaimana anggota-anggota bawahan bekerjasama secara efektif sebagai suatu
kelompok. Jika kelompok kerja efektif maka pimpinan efektif menjalankan
perilaku partisipatif, misalnya. Sebab jika antar satuan kerja bawahan saling
tergantung, saling menerima, dan ada keterkaitan tugas untuk terlaksananya
pekerjaan yang menjadi tanggungjawabnya, maka partisipasi atau keikutsertaan
bawahan itu menentukan kelancaran proses pencapaian tujuan organisasi. Didalam
situasi ini, pimpinan dapat efektif berperilaku partisipatif.
Masalah, tugas dan fungsi organisasi
yang ada juga menentukan seberapa kewenangan untuk memecahkan atau melaksanakan
tugas akan didelegasikan oleh pimpinan kepada bawahannya. Masalah, tugas, dan
fungsi yang besar dan luas, atau terdiri bermacam-macam bidang menuntut
pimpinan agar berperilaku atau bertindak partisipatif supaya pekerjaan dapat
terlaksana dan dapat diselesaikan dengan sukses.
Waktu juga merupakan suatu faktor
situasi yang menentukan perilaku pemimpin. Jika pimpinan butuh untuk mengambil
keputusan atau tindakan yang bersifat segera, ia bisa tidak melibatkan
orang-orang lain. Sebaliknya apabila waktu longgar, maka menjadi sangat mungkin
bagi pimpinan untuk mengikutsertakan bawahan dalam proses pengambilan keputusan
dan dalam pelaksanaan/penyelesaian suatu tugas. Pimpinan dapat berperilaku
fleksibel menurut kelonggaran waktu. Pimpinan dapat mengatur waktu untuk
menyelesaikan pekerjaan, tugas, fungsi, dan masalah organisasi.
4.
Sifat-Sifat
Personal Pemimpin.
Sifat personal pemimpin adalah
kualitas, ciri-ciri atau karakteristik yang secara kodrati dimiliki seorang
pemimpin, yang mempengaruhi segenap pikiran, tindakan, ataupun perilakunya. Sifat personal pemimpin dapat dilihat dari
dimensi-dimensi sikap, motivasi, dan kepribadiannya.
Sikap merupakan suatu cara bereaksi
terhadap suatu rangsangan yang timbul dari seseorang atau dari situasi. Dengan
demikian dapat dikatakan bahwa sikap pemimpin adalah cara bereaksi pemimpin
terhadap rangsangan yang datang dari orang-orang lain yang dipimpin ataupun
dari situasi lingkungan di mana pemimpin itu berkarya. Diharapkan pemimpin
bersikap luwes, suka membantu, beremosi stabil, mempunyai kerelaan memberikan
pengaruhnya pada orang-orang yang dipimpin, dan berinisiatif, kaya akan ide dan
usaha untuk melaksanakan tugas, sehingga bawahan merasa puas, dan bergairah di
dalam melaksanakan pekerjaan. Dalam kaitannya dengan pelaksanaan tugas,
kebesaran pribadi pemimpin terletak pada kedalaman watak manusiawi mereka :
imajinasi, kehendak, ketabahan, keberanian, kecakapan, dan kemauan untuk
bekerja dan berhubungan dengan orang-orang lainnya, termasuk untuk menanggung
risiko kegagalan (bandingkan dengan Lowney, 2005, 84).
Fiedler, seperti dikutip Chung dan
Megginson, mengatakan bahwa berkenaan dengan motivasinya, pemimpin dapat
dibedakan menjadi dua : pemimpin bermotivasi hubungan (relation-motivated leader), dan pemimpin yang bermotivasi tugas (task-motivated leader). Bisa jadi
pemimpin memiliki satu atau kedua motivasi tersebut sekaligus.
Pemimpin bermotivasi hubungan
cenderung menaruh perhatian terhadap pelaksanaan pekerjaan yang baik dengan
cara menekankan pada pemeliharaan hubungan antar pribadi (interpersonal),
karena harga dirinya sangat tergantung pada bagaimana orang lain berhubungan
dengannya. Pemimpin ini sangat peka terhadap kebutuhan-kebutuhan dan perasaan
bawahan. Bahkan apabila terdapat orang-orang yang tidak ingin bekerjasama
dengan orang-orang tertentu, pemimpin masih menaruh respek dan perhatian
terhadap mereka. Karena kepekaannya itu maka pemimpin bermotivasi hubungan
menjadi efektif dalam menerapkan perilaku partisipatif.
Sedangkan pemimpin bermotivasi tugas,
menaruh perhatian utamanya pada kemampuan pelaksanaan pekerjaan, sehingga harga
dirinya diperoleh dari pencapaian tujuan yang dapat ditangani. Pemimpin menaruh
tekanan sedemikian besar pada penyelesaian tugas, sehingga mereka cenderung
untuk mengambil keputusan atau menilai orang-orang atas dasar apakah mereka itu
dapat atau tidak dapat bekerjasama. Jika orang-orang itu dapat bekerja,
pemimpin akan menganggapnya sebagai orang-orang yang baik. Apabila terdapat
sesuatu tidak beres dibawah kontrolnya, pemimpin akan cepat tanggap dan menaruh
perhatian kepada kebutuhan-kebutuhan bawahan. Dan dalam situasi-situasi yang tidak
mendukung, pemimpin bermotivasi tugas dapat menjadi pemimpin direktif. Pemimpin
dapat efektif berperilaku penyelesaian tugas, di dalam situasi yang baik ini.
Tentang kepribadian, Rice (1965)
mengatakan bahwa kepribadian seseorang terbentuk sejak lahir, merupakan warisan
keturunan, dan dari pengalaman-pengalaman yang dilalui, terutama yang terjadi
pada masa kanak-kanak dan masa muda yang sulit sekali diubah setelah ia menjadi
dewasa. Kombinasi unsur-unsur keturunan seperti kejiwaan, dorongan, nafsu, naluri
dan unsur-unsur yang berasal dari masyarakat seperti norma-norma dan
nilai-nilai kemasyarakatan membentuk keadaan kejiwaan yang biasa disebut
kepribadian itu.
Uris mendefinisikan kepribadian
sebagai corak seorang individu dengan suatu perasaan/emosi tertentu. Dalam
studi kepemimpinan dibedakan tiga tipe atau corak kepribadian pemimpin yaitu
kepribadian yang mengutamakan kekuasaan, kepribadian yang mengutamakan
persamaan, dan kepribadian yang mengutamakan kebebasan. Bentuk-bentuk
kepribadian itu memang diperlukan menurut konteks situasi tertentu yang ada di
dalam organisasi. Oleh karena itu, pemimpin harus pandai-pandai memainkan corak
perasaan atau emosi (kepribadian)-nya menurut situasi. Baik pemimpin maupun
bawahan, kadang-kadang memerlukan ketegasan dari sumber kekuasaan. Dan pada
dasarnya ingin dihargai sama sebagai sesama. Tetapi juga mendambakan
keleluasaan gerak sehingga tidak terkekang untuk mengembangkan diri dan
inisiatifnya, di samping untuk menyumbangkan kemampuan bagi kemajuan kelompok
di dalam melaksanakan tugas.
Hubungan sifat personal pemimpin
dengan perilaku pemimpin dapat dikatakan sebagai berikut : bahwa sifat-sifat
personal pemimpin ikut menentukan pola perilakunya. Pemimpin mampu untuk
berperilaku tertentu apabila ia mempunyai sifat-sifat kecenderungan tertentu.
Misalnya pemimpin yang mempunyai sifat motivasi hubungan yang kuat akan mampu
secara efektif berperilaku partisipatif. Sebab pemimpin cenderung mampu
menghimpun bawahan di dalam suatu kelompok, dan menggerakkan mereka untuk ikut
serta atau berpartisipasi di dalam usaha mencapai kesuksesan tugas organisasi.
E. Penutup
Dari paparan dan penjelasan di atas
dapat dikatakan bahwa setiap pemimpin yang efektif perlu terus berperilaku yang
sesuai dengan faktor situasi yang dihadapi, sambil perlu terus mengasah dan
menambah kualitas personalnya, agar mampu berperilaku efektif dalam situasi
yang dapat berubah. Sebagai penutup, berikut kutipan dari Lowney (2005, 11), bahwa
untuk berhasil menjadi pemimpin, orang perlu membentuk menjadi pemimpin yang memiliki
(a) kesadaran diri, yaitu memahami kekuatan, kelemahan, nilai-nilai, dan
pandangan hidup; (b) ingenuitas (kecerdikan dan fleksibilitas) yaitu berinovasi
dan beradaptasi dengan yakin untuk merangkul seluruh dunia; (c) cinta kasih,
yaitu membangun kontak dengan orang lain dalam sikap yang positif, penuh cinta
kasih; dan (d) heroisme, yaitu menyemangati diri sendiri dan orang lain dengan
ambisi-ambisi heroik, bak pahlawan yang selalu siap berjuang bahkan
mengorbankan diri demi kehidupan orang lain yang lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA
Chung, Kae H., Leon C. Megginson, Organizational Behavior, Developing
Managerial Skills, Harper & Row Publishers, New York, 1981
Fleet, James K. Van, 25
Langkah untuk Memiliki Pengaruh dan Kekuasaan Atas Orang Lain, Terjemahan,
Spektrum, Mitra Utama, Jakarta, 1994
Harmon, Michael M., Richard T.
Mayer, Organization Theory for Public
Administration, Little, Brown And Company, Canada, 1986
Hall, Richard H., Robert E. Quinn,
Organizational Theory and Public Policy,
Sage Publications, Beverly Hills, California, USA, 1991
Irawati, Nisrul, dalam USU Digital
Library, 2004
Lowney, Chris, Heroic Leadership, Terjemahan, PT
Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, 2005
Reddin, William J., Managerial Effectiveness, Mac Graw Hill,
Kogakhusha Ltd., 1970
Rice, Learning for Leadership, Interpersonal and Inter-Group Relations, The
Tavistock Institute of Human Relations, 1965
Tannenbaum, Robbert & Warren H
Schmidt, “How to Choose a Leadership Pattern”, dalam Huneryager & Heckman
(Ed.), Human Relation In Management,
South-Western Publishing Co., 1967
mohon dibuat rujukan ya..
BalasHapusAbang, tolong kutipan2/rujukan2.nya selain diberi nama sumber dan tahunjuga dilengkapi halamannya dong... terima kasih
BalasHapus